TUGAS
SISTEM KARDIOVASKULER
MAKALAH
ASUHAN
KEPERAWATAN VENTRIKEL SEPTAL DEFECT
Disusun
oleh
KELOMPOK 5
1. YOKE RHESMA VIDDYA YULITA (10215006)
2. MOHAMAD ROBIETH AL HADY WAFA (10215008)
3.
KARUNIAWATI
SUSANTI (10215015)
4.
FATIN
AFIZAH SARI (10215034)
5. RIZKI IRMAWATI (10215035)
6. SAGITA
ARISANDY (10215042)
7. AJENG RAHMA
MIAJI (10215047)
8. MUHAMMAD
ANJAS ADI P. (10215048)
PRODI
S1-KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2016-2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji Syukur
tercurahkan kepada Allah SWT karena atas limpahan nikmat dan karunia-Nya.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok ini tepat pada waktunya. Dengan
judul makalah “Asuhan
Keperawatan Ventrikel Septal Defect”.
Banyak kesulitan
yang kami hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi dengan semangat dan
kegigihan serta arahan, semangat dari kerja kelompok kami sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih
belum sempurna, oleh karena itu kami menerima kritik dan saran, guna
kesempurnaan tugas makalah ini dan bermanfaat bagi kami dan pembaca pada
umumnya.
Kediri, 3
Desember 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul....................................................................................................... i
Kata
Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar
Isi............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi VSD..................................................................................... 3
B.
Klasifikasi VSD................................................................................. 3
C.
Etiologi VSD ..................................................................................... 4
D.
Patofisiologi VSD.............................................................................. 5
E.
Manifestasi Klinis VSD..................................................................... 6
F.
Pemeriksaan Diagnostik VSD............................................................ 6
G.
Komplikasi VSD................................................................................ 7
H.
Penatalaksanaan VSD........................................................................ 7
I.
Pathways VSD................................................................................... 8
J.
Asuhan Keperawatan VSD........................................................... .... 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................... 15
B.
Saran................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system kardiovaskuler.
System ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung danpembuluh darah.
Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung yang
juga merupakan organ besar dalam tubuh. Fungsi utama jantung adalah untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang
disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf
otonom. Seperti pada organ-organ yang lain, jantung juga dapat mengalami
kelainan ataupun disfungsi. Sehingga muncullah penyakit jantung yang dapat
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit
jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung yang
kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan.
Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan adalah
Ventricular Septal Defect (VSD).
VSD adalah kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang
(defek/inkontinuitas) pada septum ventrikel yang terjadi karena kegagalan fusi
septum interventrikel pada masa janin. VSD merupakan kelainan jantung
congenital tersering dengan prevalensi 20-25 % dari seluruh prevalensi jantung
kongenital. Septum ventrikel terbagi menjadi 2 bagian,yaitu pars membranacea
(bagian membran) dan pars muscularis (bagian otot). Sedangkan septum muscularis
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu inlet, trabecular, dan outlet (infundibulum).
VSD yang terletak di pars membrane sering kali meluas ke bagian muscular
sehingga sebagian besar ahli menyebut VSD ini dengan istilah VSD perimembranous
(PM). VSD PM merupakan jenis tersering (70%), selanjutnya trabecular (5-20%),
infundibular, dan inlet.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah Rubella atau
infeksi virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk, ibu yang
alkoholik, usia ibu diatas 40 tahun, dan ibu penderita diabetes. Pencegahan VSD
dapat dilakukan pada awal masa kehamilan terutama tiga bulan pertama dimana
terjadi pembentukan organ tubuh antara lain jantung, sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi
jamu berbahaya dan obat obat yang dijual bebas di pasaran, menghindari minuman
beralkohol, dan memperbanyak asupan makanan bergisi terutama yang mengandung
protein dan zat besi juga asam folat tinggi. Pencegahan infeksi pada masa hamil
dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi MMR untuk mencegah penyakit morbili
(campak) dan rubella selama hamil yang merupakan faktor risiko terjadinya VSD.
Penyakit kelainan jantung bawaan dapat di diagnosa sejak masa kehamilan
yakni memasuki usia kehamilan 16 hingga
20 minggu dengan pemeriksaan USG kandungan. Semakin dini diagnose dapat di
ketahui maka harapan untuk proses penyembuhan akan semakin besar. Oleh karena
itu sebagai perawat harus berusaha memberikan nasehat terutama pada ibu yang
sedang hamil untuk dapat menghindari hal - hal yang dapat menimbulkan penyakit
VSD, sehingga turut membantu menurunkan prevalensi kejadian VSD di Indonesia
pada khususnya, dan juga perawat harus menerapkan asuhan keperawatan secara
tepat kepada pasien dengan VSD.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah konsep dari asuhan keperawatan pada penderita
ventrikel septum defect pada bayi?
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana apa saja faktor penyebab dari penyakit jantung
bawaan serta tanda dan gejala yang dapat terlihat sehingga dapat segera dapat
penanganan yang cepat.
2.
Tujuan Khusus
Untuk menambah wawasan baik secara teori maupun penatalaksanaan tenaga
medis terutama perawat agar lebih profesional dalam menangani masalah penyakit
ventrikel septum defect pada bayi baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI VSD
Vertikel septal
defek adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum
interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat
kegagalan fungsi septum interventrikuler sesama janin dalam kandungan. Sehingga
darah bisa menggalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya (Nanda
NIC-NOC, 2015).
VSD adalah kelainan jantung bawaan berupa tidak
sempurnanya penutupan dinding pemisah antar ventrikel. Kelainan ini paling
sering ditemukan pada anak-anak dan bayi dan dapat terjadi secara congenital
dan traumatic (I wadyan Sudarta, 2013: 32).
Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital
pada jantung berupa lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga
terdapat hubungan antara antar rongga ventrikel (Ramaswamy,et al. 2009).
B. KLASIFIKASI VSD
Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu :
1.
Perimembranase , merupakan lesi yang terletak tepat dibawah katup aorta. Defek Septum
Ventrikel tipe ini terjadi sekitar 80% dari seluruh kasus DSV (Rao,2005).
2.
Muskular , merupakan jenis DSV dengan lesi yang
terletak di otot-otot septum dan terjadi sekitar 5-20% dari seluruh angka
kejadian DSV (Ramaswamy,et al.2009).
3.
Suprakistal ,jenis lesi DSV ini terletak dibawah katub
pulmonalis dan berhubungan dengan jalur jalan keluar ventrikel kanan.
Presentasi kejadian jenis DSV ini sekitar 5-7% di negara-negara barat dan 25%
di kawasan timur (Rao,2005).
4.
Arterioventrikuler, kekurangan komponen endikardial
dari septum interventrikuler.
Klasifikasi DSV berdasarkan
ukurannya :
1.
VSD kecil
a.
Biasanya asimtomatik
b.
Defek kecil 1-5 mm
c.
Tidak ada gangguan tumbuh kembang
d.
Bunyi jantung normal,terkadang ditemukan suara bising
di peristaltik yang menjalar ke bseluruh tubuh perikardium dan berakhir pada
waktu distolik karna terjadi penutupan VSD.
e.
Tidak diperlukan kateterisasi
f.
Menutup secara spontan pada umur 3 tahun.
2.
VSD sedang
a.
Sering terjadi symtom pada bayi
b.
Sesak nafas
c.
Defek 5-10 mm BB sukar naik sehingga tumbuh kembang
terganggu
d.
Mudah menderita infeksi
e.
Takipneu
f.
Retraksi bentuk dada normal
3.
VSD besar
a.
Sering timbul pada masa neunatus
b.
Dipsneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau
kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir
c.
Pada minggu ke 2 dan 3 simtom mulai timbul
d.
Sesak nafas saat tidur, kadang tampak sianosis karena
kekurangan oksigen
e.
Gangguan tumbuh kembang
C. ETOLOGI VSD
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring
perkembangan fetus, sebuah dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel
tersebut normalnya terbentuk. Akan tetapi, jika sekat itu tidak terbentuk
sempurna maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan yang disebut
defek septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat
diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan
(PJB) yaitu :
1.
Faktor prenatal (faktor eksogen):
a.
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela
b.
Ibu alkoholisme
c.
Umur ibu lebih dari 40 tahun
d.
Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
e.
Ibu meminum obat-obatan penenang
2.
Faktor genetik (faktor endogen)
a.
Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b.
Ayah/ibu menderita PJB
c.
Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d.
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
e.
Kembar identik
(Prema R, 2013)
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari seluruh
kelainan jantung (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Dinding pemisah antara
kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital,
tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama
dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot. Kelainan
ini lebih banyak dijumpai pada usia anak-anak, namun pada orang dewasa yang
jarang terjadi merupakan komplikasi serius dari berbagai serangan jantung
(Prema R, 2013; AHA, 2014).
D. PATOFISIOLOGI VSD
Ventricular Septal Defect (VSD) terjadi akibat adanya kebocoran di septum
interventrikular. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dari pertumbuhannya.
Biasanya terjadi di pars muskularis atau di pars membranasea dari septum. Defek
tersebut dapat terletak dimanapun pada septum ventrikel, dapat tunggal atau
banyak dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Kebocoran di pars muskularis
biasanya kecil. Kebocoran ditempat lainnya mempunyai ukuran bermacam-macam.
Pada defek yang berukuran tidak lebih dari 1 cm, terdapat perbedaan
tekanan antara ventrikel kanan dan kiri. Tekanan ventrikel kiri yang lebih
besar menyebabkan arus kebocoran berlangsung dari kiri ke kanan (L to R Shunt).
Volume darah dari ventrikel kiri ini setelah melalui defek lalu masuk ke dalam
arteri pulmonalis bersama-sama darah yang berasal dari ventrikel kanan.
Biasanya pada defek yang kecil ini tidak terjadi kebocoran, dengan demikian
ventrikel kanan tidak mengalami
beban volume dan
tidak menjadi dilatasi. Jumlah
darah yang mengalir melalui arteri pulmonalis akan bertambah, demikian pula
vena-vena pulmonalis isinya akan bertambah dan mengalirkan darah ke atrium
kiri. Kelebihan darah ini menyebabkan dilatasi dari atrium kiri. Ventrikel
kiri, disamping volume darahnya yang bertambah, juga harus bekerja keras
sehingga terjadi hipertrofi. Dengan kata lain arteri pulmonalis, atrium kiri,
dan ventrikel kiri yang mengalami kelainan pada saat ini, sehingga jantung kiri
yang membesar. Bila defek itu makin besar, maka volume darah yang mengalir ke
ventrikel kanan juga bertambah. Dengan bertambahnya volume darah ini, maka
ventrikel kanan manjadi dilatasi, dan arteri pulmonalis juga bertambah lebar.
Selama sirkulasi ini berjalan lancar, tidak ada peningkatan tekanan di dalam arteri pulmonalis.
Selanjutnya seperti pada kelainan ASD, lambat laun pada penderita ini pun
akan terjadi perubahan-perubahan pada pembuluh darah paru-paru, yaitu
penyempitan dari lumen arteri-arteri di perifer. Hipertensi pulmonal lebih
cepat terjadi pada VSD. Dengan adanya hipertensi pulmonal ini, ventrikel kanan
menjadi besar karena darah yang mengalir ke dalam arteri paru-paru mengalami
kesulitan. Dengan adanya resistensi yang besar pada arteri-arteri pulmonalis,
maka atrium kiri yang semula dilatasi kini berkurang isinya dan kembali normal.
Pada saat ini yang berperan dalam kelainan ini adalah ventrikel kanan, arteri
pulmonalis dengan cabang-cabangnya yang melebar terutama bagian sentral. Jadi
sekarang yang membesar terutama adalah jantung kanan. Keadaan ini mirip dengan
kelainan ASD dengan Hipertensi pulmonal.
Defek pada septum yang besar menyebabkan keseimbangan antara tekanan pada
kedua ventrikel. Ada kalanya defek itu sangat besar sehingga kedua ventrikel
itu menjadi satu ruangan (Single Ventricle). Arah kebocoran pada keadaan ini
tergantung pada keadaan dari arteri pulmonalis dan aorta. Bila tekanan di dalam
arteri pulmonalis tinggi karena adanya kelainan pada pembuluh darah paru maka
darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke dalam ventrikel kiri. Bila di dalam
aorta terdapat tekanan yang tinggi, kebocoran berlangsung dari ventrikel kiri
ke ventrikel kanan (L to R Shunt).
Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak deras
karena perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan atrium kiri
lebih besar dari tekanan atrium kanan. Beban pada atrium kanan, atrium
pulmonalis kapiler paru, dan atrium kiri meningkat, sehingga tekanannya
meningkat. Tahanan katup pulmonal naik, timbul bising sistolik karena stenosis
relatif katup pulmonal. Juga terjadi stenosis relatif katup trikuspidal,
sehingga terdengar bising diastolik. Penambahan beban atrium pulmonal
bertambah, sehingga tahanan katup pulmonal meningkat dan terjadi kenaikan tekanan
ventrikel kanan yang permanen. Kejadian ini berjalan lambat
E. MANIFESTASI KLINIS VSD
a.
Takipneu
b.
Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau
kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir
c.
Adanya sianosis dan clubbing finger
d.
Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang
tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
e.
Bayi mudah lelah saat menyusu, sehingga ketika mulai
menyusu bayi tertidur karena kelelahan.
f.
Muntah saat menyusu
g.
BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
h.
Gangguan tumbuh kembang
i.
EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan
kiri
j.
Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus
pulmonalis yang tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan
vaskularisasi paru perifer
(PDPDI, 2009; Webb GD et al, 2011; Prema
R, 2013)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK VSD
1.
Auskultasi jantung mur-mur pansistolik keras dan kasar,
umumnya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum
2.
Pantau tekanan darah
3.
Foto rontgen toraks hipertrofi ventrikel kiri
4.
Elektrochardiografi
5.
Echocardiogram hipertrofi ventrikel kiri
6.
MRI
G. KOMPLIKASI VSD
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai
pada pasien, antara lain :
a.
Gagal jantung
b.
Endokarditis
c.
Insufisiensi aorta
d.
Stenosis pulmonal
e. Hipertensi
pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)
H. PENATALAKSANAAN VSD
1.
Non Farmakologis
a.
Pembedahan :
1)
Menutup defek
dengan dijahit melalui cardio pulmonary bypass
2)
Pembedahan pulmonal arteri nunding (pad) atau penutupan
defek untuk mengurangi aliran ke paru.
b.
Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui
kateterisasi jantung
2.
Farmakologi
Pemberian vasopresor atau vasodilator :
a.
Dopamin (intropin)
Memiliki efek inotropik positi pada miocard, menyebabkan
peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi,
sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan distolik, digunakan untuk
gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk
mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)
b.
Isopreterenol (isuprel)
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, meyebabkan
peningkatan curah jantung : menurunan tekanan distolik dan tekanan rata – rata
sambil meningkatkan tekanan sistolik.
J.
ASUHAN KEPERAWATAN VSD
1). Pengkajian
Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa bayinya ke dokter tergantung dari
jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya
terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan
pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang
terjadi.
2. Riwayat kesehatan lalu
a. Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus
Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta
penyakit DM pada ibu.
b. Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c. Riwayat Neonatus
§
Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
§
Bayi rewel dan kesakitan
§
Tumbuh kembang anak terhambat
§
Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali
§
Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a.
Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
kelainan defek jantung
b.
Penyakit keturunan atau diwariskan
c.
Penyakit congenital atau bawaan
c. Sistem yang dikaji :
·
Pola Aktivitas dan latihan
-
Keletihan/kelelahan
-
Dispnea
-
Perubahan tanda vital
-
Perubahan status mental
-
Takipnea
-
Kehilangan tonus otot
·
Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
-
Riwayat hipertensi
-
Endokarditis
-
Penyakit katup jantung.
·
Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap
stress
-
Ansietas, khawatir, takut
-
Stress yang b/d penyakit
·
Pola nutrisi dan metabolik
-
Anoreksia
-
Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
·
Pola persepsi dan konsep diri
-
Kelemahan
-
pening
·
Pola peran dan hubungan dengan sesama
-
Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
2.)
Pengkajian Fisik
Dalam diagnosa
keperawatan, perlu dilakukan pengkajian data dari hasil :
1. Anamnesa
2. Inspeksi
3. Palpasi
4. Perkusi
1. Anamnese
Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam melakukan anamnesa adalah :
1) Riwayat perkawinan
Pengkajian apakah bayi ini diinginkan atau tidak, karena apabila bayi
tersebut tidak diinginkan kemungkinan selama hamil ibu telah menggunakan
obat-obat yang bertujuan untuk
menggugurkan kandungannya
2) Riwayat kehamilan
Apakah selama hamil ibu pernah menderita penyakit yang dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin, seperti hipertensi, diabetus melitus
atau penyakit virus seperti rubella khususnya bila terserang pada kehamilan trisemester pertama.
3) Riwayat keperawatan
Respon fisiologis terhadap defek ( sianosisi, aktivitas terbatas )
4) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung:
nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan ( mur-mur ), edema tungkai dan hepatomegali
5) Kaji adanya tanda-tanda hipoxia kronis
: clubbing finger
6) Kaji pola makan, pola pertambahan
berat badan
7) Apakah diantara keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama
8) Apakah ibu atau ayah perokok (terutama
selama hamil)
9) Apakah ibu atau ayah pernah menderita
penyakit kelamin (seperti sipilis)
10) .Sebelum hamil apakah ibu mengikuti KB
dan bentuk KB yang pernah digunakan
11) Obat-obat apa saja yang pernah dimakan
ibu selama hamil
12) Untuk anak sendiri apakah pernah
menderita penyakit demam reumatik
13) Apakah ada kesulitan dalam pemberian
makan atau minum khususnya pada bayi
14) 14.Obat-obat apa saja yang pernah dimakan
bayi
2. Inspeksi :
a. Gambarkan gerakan bayi.
b. Gambarkan sikap posisi bayi.
c. Gambarkan adanya perubahan lingkar
kepala.
d. Gambarkan respon pupil pada bayi yang
usia kehamilannya lebih dari 32 minggu.
3. Palpasi :
Ada
nyeri atau tidak saat ditekan pada daerah dada, ekstermitas atas ataupun bawah.
Ada suara krepetasi atau tidak pada persendian.
4. Perkusi :
Normalnya
pekak atau sonor.
3.) Diagnosa
Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
1.
|
Penurunan curah jantung berhubungan dengan pembesaran
atrium.
|
2.
|
Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan
peningkatan kerja jantung, hipertensi pulmonal
|
3.
|
Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplay O2 ke jar. perifer
|
4.
|
Intoleransi aktifitas berhubungan gengan kelemahan otot
dan kelelahan
|
4.) Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan pembesaran atrium
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan adanya tanda-tanda membaiknya curah
jantung dengan kriteria hasil : curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh
TD/nadi dalam rentang normal dan nadi teraba sama.
|
1. Observasi kualitas dan
kekuatan denyut jantung , nadi perifer, warna dan kehangatan kulit dalam batas normal. Nadi : 80 - 100
x/menit, dapat dilakukan collapsing pluss untuk mengetahui kekuatan otot
jantung, dan didapati warna telapak
tangan yang normalnya kemerahan dan hangat ( suhu 36,5 – 37,5 C ).
2. Raba nadi (radial, femoral,
dorsalis pedis) normalnya teraba.
catat frekuensi, keteraturan, dan amplitudo dan simetris.
2. Tegakkan derajad sianosis ( sirkumoral,
membran mukosa, clubbing finger). Mukosa
bibir sering berwarna biru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
3. Monitor tanda-tanda CHF ( gelisah,
takikardi, tacipnea, sesak, periorbotal edema, oliguri dan hepatomegali )
4. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan
obat sesuai insikasi (kolaborasi)
|
1. Mengetahui kekuatan otot jantung pasien.
2. untuk mengetahui kekuatan nadi perifer,
3. Mengetahui
indikator penilaian terhadap adanya gagal jantung dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
4. Mencegah terjadinya hipoksia.
|
2.
|
Ketidakefektifan Pola nafas
berhubungan dengan peningkatan kerja jantung, hipertensi pulmonal
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam pasien menunjukkan keefektifan pola nafas,
dengan kriteria hasil :
1. frekuensi, irama, kedalaman
pernapasan dalam batas normal.
2. Tidak menggunakan otot-otot
pernapasan.
|
1. Monitor pola dan irama
pernafasan. pola nafas : brdypnea, tachypnea, hiperventilasi, respirasi
kussmaul, respirasi cheynestokes dll. Dengan rentang normal ( RR : 18 –
24/menit ) dan ritme pernafasan teratur. Irama : takikardi, bradikardi,
disritmia atrial, disritmia ventrikel,blok jantung
2. Memposisikan pasien semi
fowler.
3. Catat pergerakan dada,
simetris atau tidak, menggunakan otot bantu pernafasan. Dengan batasan
normal ( bentuk dada : simetris, tidak
menggunakan otot-otot pernapasan).
|
1. Memonitor keadaan pernapasan dan keadekuatan
pernapasan pasien.
2. Untuk
memaksimalkan potensial
ventilasi.
3. Melihat apakah ada
obstruksi di salah satu bronkus atau adanya gangguan pada ventilasi.
|
3.
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan penurunan suplay O2 ke jar. perifer
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam didapatkan kriteria hasil :
1.
Denyut nadi perifer teraba dengan kuat,
2.
Warna kulit tidak pucat/sianosis
3.
Kulit terasa hangat
|
1.
kaji pucat, sianosis, clubbing finger, dan catat
kekuatan nadi perifer
2.
kaji keadaan kulit (lembab/tidak,hangat/dingin)
|
1.
kaji pucat, sianosis dan clubbing finger serta
kekuatan nadi perifer untuk mengetahui
lancar tidaknya suplay O2 ke jaringan perifer. Jika pasien masih terdapat
tanda-tanda tersebut, mendandakan supay O2 belum maksimal
2.
kulit yang hangat menandakan kulit mendapat kecukupan
suplay O2
|
4
|
Intoleransi aktifitas berhubungan gengan kelemahan otot
dan kelelahan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kondisi pasien stabil saat aktivitas
dengan kriteria hasil :
1. Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas
normal (95-100%)
2. Nadi saat aktivitas dalam
batas normal (60-100x/menit)
3. RR saat aktivitas dalam batas normal
(12-24/menit)
4. Tekanan darah systole saat
aktivitas dalam batas normal(60-80mmHg)
5. Tidak nampak
kelelahan,pucat,lesu dan tidak ada penurunan nafsu makan.
|
1. Bantu pasien memilih aktivitas
yang sesuai dengan kondisi.
2. Bantu pasien untuk melakukan
aktivitas/latihan fisik secara teratur
3.Anjurkan pasien untuk
membatasi aktivitas yang cukup berat seperti berjalan jauh, berlari dan
mengangkat beban berat.
4. Monitor intake
nutrisi yang adekuat sebagai sumber energi
|
1. Aktivitas yang baik
dan sesuai dengan kondisi dapat memperbaiki toleransi terhadap latihan.
2. Melatih kekuatan dan
irama jantung selama aktivitas.
3. Mencegah timbulnya
sesak akibat aktivitas fisik yang terlalu berat.
4. Mengetahui sumber
asupan energi pasien.
.
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem,
diantaranya dalah sistem kardiovaskuler. Sistem ini menjalankan fungsinya
melalui organ jantung dan pembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan
penting dalam hal ini adalah jantung. Jantung merupakan organ terbesar dalam
tubuh. Jantung adalah organberupa otot berbentuk kerucut. VSD adalah kelainan
jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah anatara kedua
ventrikel. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena
trauma. Kelainan ini merupakan kelainan yang banyak terjadi yaitu sekitar
25%.
Saran
Sebagai tenaga profesional
tindakan perawat dalam penanganan masalah keperawatan khususnya thalassemia
harus di bekali dengan pengetahuan yang luas dan tindakan yang di lakukan harus
rasional sesuai gejala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
AHA (2014). Ventricular septal defect (VSD). https://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/CongenitalHeartDefects/AboutCongenitalHeartDefects/Ventricular-Septal-Defect-
Diakses pada 31 Januari 2014.
Kapita Selekta Kedokteran (2000). Defek
septum ventrikel, Bab VI Ilmu Kesehatan Anak Ed. III Jilid 2 Editor: Arif
Mansjoer, et al. Jakarta: Media Aesculapius FK UI hal.445-447
Nasution, Akhyar H.
2008. Anestesi pada Ventrikel Septal Defek. Majalah Kedokteran Nusantara
Volume 41 No. 2 Juni 2008
Nurarif .A.H. dan
Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV . Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI
Prema R (2013). Ventricular septal
defect. http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview#aw2aab6b2b2
Diakses pada 31 Januari 2014.
Prihatini, Rika Yenny. 2013. Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak. Web RSUA
Ramaswamy,
Prema. Anbumani, Patturajah. Srinivasan, Kuruchi. 2009. Ventricle Septal Defect, General Concepts. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview Ramaswamy, P. Pflieger,
Kurt. 2008. Tetralogi of Fallot with Absent Pulmonary Valve . Diunduh dari:
[Diakses April 2011]
Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Sudarta, I Wayan.
2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J,
Redington AN (2011). Congenital heart
disease. In: Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald's Heart Disease: A
Textbook of Cardiovascular Medicine. 9th
ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier:chap 65.
Komentar
Posting Komentar